Rabu, 22 Mei 2013

KATA HATI

SESUNGGUHNYA TIDAK ADA APA-APA YANG ADA ITU BUKAN

KURIKULUM BARU MENG'ENAKKAN GURU ?

Setiap kebijakan selalu membawa dampak baik bagi perorangan maupun sekelompok orang. Dampak yang muncul dari kebijakan yang baru tersebut bisa positif maupun negatif, bisa mengenakkan atau malah membuat perut nek. Kurikulum pendidikan menengah sudah hampir menetas yaitu sekitar bulan Juli 2013 pas tahun pembelajaran baru 2013-2014. Pada kurikulum 2013 guru tidak lagi repot-repot membuat bahan ajar atau modul karena sudah dibuatkan oleh kemendikbud pusat, guru jadi enak ? Disisi yang berlawanan ada beberapa mata pelajaran yang dihapus, guru jadi enak ? Kalau dengan dihapuskannya beberapa mata pelajaran maka akan berdampak pada pemenuhan jumlah jam mengajar. Sementara beban tugas guru minimal adalah 24 jam per minggu, sehingga banyak guru yang kerepotan mencari jam pelajaran kosong (belum ada guru yang mengajar) pada sekolah-sekolah lain. Nah sekarang bagaimana dengan guru yang mata pelajarannya dihapus sementara program studi yang sesuai dengan ijazah guru tersebut tidak ada di sekolah tempat guru tersebut mengajar. Mencari ke sekolah lain semua sudah penuh tidak ada jam pelajaran yang kosong. Tetapi saya yakin Pemerintah pusat sudah mengantisipasi hal-hal tersebut dan untuk rekan-rekan guru yang terkena dampak dari kurikulum 2013 mari kita sama-sama berdoa memohon supaya kurikulum 2013 ini memang benar membuat kita sebagai guru jadi tambah enak. Amin

KURIKULUM BARU

JAKARTA - Perubahan kurikulum nasional tidak hanya membutuhkan penggodokan yang matang, tetapi harus didahului evaluasi mendalam terhadap kurikulum yang sedang diterapkan. Sayangnya, dua hal ini tidak ditemukan dalam rencana pemerintah membuat kurikulum baru untuk tahun depan. Menurut Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Dr. Soedijarto, MA, perubahan kurikulum bukanlah sesuatu yang diperlukan sistem pendidikan nasional saat ini. Selain itu, mengubah kurikulum tidak bisa dilakukan secara instan. "Tidak bisa sekarang jadi, lalu tahun depan langsung diterapkan," ujar Soedijarto kepada Okezone, Kamis (11/10/2012). Penyusunan dan revisi kurikulum, ujar Soedijarto, itu memerlukan evaluasi yang mendalam. Pemerintah haruslah melihat dan mengevaluasi penerapan kurikulum di ruang kelas dan bagaimana guru menguasai kurikulum tersebut. "Ini bukanlah sesuatu yang apriori dan harus dilakukan tanpa pertanyaan. Dasarnya harus evaluasi, bukan sebatas asumsi-asumsi," tegas Ketua Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (PP ISPI) ini. Evaluasi yang dimaksud Soedijarto meliputi pemetaan kesulitan apa saja yang dialami guru di ruang kelas. Kemudian, sebuah kurikulum baru juga seharusnya diuji coba terlebih dahulu sebelum benar-benar diterapkan. Dengan begitu, guru benar-benar sudah menguasai kurikulum. Mantan Kepala Pusat Pengembangan Kurikulum dan Sarana Pendidikan BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1975-1981) itu mengimbuh, guru merupakan garda terdepan dalam penerapan kurikulum. Merekalah yang menentukan makna suatu kurikulum untuk disampaikan kepada anak-anak didiknya. "Jika dipaksa harus menerapkan, guru akan menjadi bingung," ujarnya. (rfa) sumber: Okezone